tif, Lumajang - Andika Listyono Putra, 20 tahun, pendaki gunung mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang hilang di Gunung Semeru pada Selasa (28/7), diperkirakan masih hidup.
close
* Home
* 31 Juli 2009
* English
CARI BERITA
rss
Tempointeraktif
Nasional
* TEMPOinteraktif
* Majalah Tempo
* English Edition
* Koran Tempo
* PDAT
* Photostock
* U-Mag
* Ruang Baca
* Blog
* iTempo
* Jurnalisme Publik
* Infografis
* Video
* Audio
* Opini
* Catatan Pinggir
* Kolom
* Cari Angin
* Forum
* Indikator
* Tempo Gading
* Nasional
o Politik
o Hukum
o Daerah
o Pendidikan
o Index
* Metro
o Jakarta
o Kriminal
o Kota
o Layanan Publik
o Index
* Bisnis
o Perbankan & Keuangan
o Saham
o Wirausaha
o Bisnis
o Profil Bisnis
o Index
* Olahraga
o Sepak Bola
o Bulutangkis & Tenis
o Basket
o Formula-1
o Lain-lain
o Bintang
o Index
* Teknologi
o Iptek
o Digital
o Sains
o Tips
o Uji Produk
o Index
* Gaya Hidup
o Kuliner
o Kesehatan
o Perjalanan
o Hobi
o Buku
o Kecantikan
o Index
* Internasional
o Amerika
o Timur Tengah
o Eropa
o Asia
o Afrika
o Australia
o Luar Negeri
o Ooops!
o Index
* Seni & Hiburan
o Film
o Musik
o Panggung
o Seni!
o Index
* Selebritas
o Gossip
o Profil
o Wawancara
o Index
* Otomotif
o Test Drive
o Modifikasi
o Berita Oto
o Index
Besar Kecil Normal
Mahasiswa UGM yang Hilang di Semeru, Diperkirakan Masih Hidup
Jum'at, 31 Juli 2009 | 11:06 WIB
TEMPO Interaktif, Lumajang - Andika Listyono Putra, 20 tahun, pendaki gunung mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang hilang di Gunung Semeru pada Selasa (28/7), diperkirakan masih hidup.
Dalam proses pencarian yang dilakukan tim SAR di sekitar pos Kalimati dan lereng Arcapada, puncak Semeru, pada hari Rabu (29/7) dan Kamis (30/7), tim SAR menemukan beberapa barang bawaannya yang tercecer disepanjang rute turun dari puncak Semeru ke Kalimati, diantaranya sepatunya, senter, dan beberapa barang bawaan. Kemungkinan barang-barang itu sengaja dibuang Andika untuk meninggalkan jejak. “Memang belum pasti benar apakah itu barang-barangnya, tapi jejak-jejak itu yang sementara ini ditemukan oleh tim pencari,” ujar Yoga Cahyadi, jurubicara Kelompok Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup Sentrajana, Fisipol UGM, klub pecinta alam tempat Andika bergabung.
Menurut Yoga, jika temuan itu benar milik Andika, ada kemungkinan pendaki gunung mahasiswa semester dua Jurusan Administrasi Negara, Fisipol UGM, itu masih hidup. Apalagi selama bergabung di Sentrajana, Andika telah cukup berpengalaman dalam pendakian gunung. “Selama ini ia telah ikut ekspedisi ke Gunung Gede Pangrango, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu,” ujar Yoga Cahyadi. Pengalaman itu dipandang cukup bagi Andika untuk bisa bertahan ditengah kondisi medan yang sulit, meskipun menurut teman mendakinya yang terakhir, bekal makanan yang Andika bawa saat mereka turun dari pendakian puncak Semeru, tinggal sebotol aqua yang berisi agar-agar cair.
Saat ini sekitar 30-an personil tim SAR masih terus melakukan pencarian di lokasi terakhir kemungkinan ia tersesat setelah terkena badai berpasir di lereng Arcapada, Semeru. Diantaranya personil SAR dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, SAR Lumajang, SAR Jember, personil Polisi setempat, dan SAR Palang Merah Indonesia Malang. Sejumlah pendaki yang tengah berada di Semeru pun ikut terlibat dalam proses pencarian. Sementara Sentrajana juga telah mengirimkan sekitar 30 orang personilnya untuk membantu proses pencarian. Pencarian di fokuskan pada wilayah sekitar pos Kalimati, lerang berpasir Arcapada, dan jalur pendakian menuju puncak.
Andika Listyono Putra mendaki ke puncak Semeru dalam rombongan tujuh orang pendaki, diantaranya empat orang temannya dari Sentrajana ; Andri Samad Rambe, Muhammad Iqbal Willyanto, Hari Rachmawan, dan Lazuardhi Dwi Irawan –mereka mahasiswa Fisipol, UGM, kemudian Ade mahasiswa dari Akindo, Yogyakarta, dan Aska seorang pendaki dari Surabaya.
Menurut rilis dari Sentrajana, pendakian ini merupakan salah satu kegiatan resmi dari Sentrajana. Rombongan tujuh pendaki ini naik ke puncak Semeru pada Selasa (28/7) malam, dan turun pada Selasa pagi. Ketika turun, sekitar pukul 09.00 WIB, menuju pos pendakian Kalimati, di lereng Arcapada mereka terjebak dalam badai pasir, sehingga membuat perjalanan terhambat. Andika yang berada pada posisi paling belakang kemudian terpisah oleh punggungan lereng dari rombongan. Andika sempat melakukan komunikasi teriakan yang terdengar rombongan, namun karena arah angin yang berlawanan, balasan komunikasi teriakan dari rombongan, kemungkinan membuatnya tak mendengar balasan.
Rombongan sempat terbagi dalam dua kelompok untuk melakukan pencarian dengan melakukan pendakian kembali kejalur perjalanan kepuncak,, namun karena jarak pandang yang pendek dan medan yang sulit, membuat rombongan kehilangan jejak Andika. Rombongan kemudian turun, dan melaporkan hilangnya Andika ke pos pendakian Ranupane, pada Selasa (28/7) sore.
Petugas di pos pendakian Ranupane, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang menguasai otoritas izin pendakian ke Semeru mengatakan, rombongan ini telah mendaftar sebelum mendaki gunung dan dari hasil pemeriksaan perlengkapan pendakian, telah memenuhi syarat. “Izin pendakian ke Semeru paling ketat, jadi tidak mungkin mendaki tanpa perbekalan cukup,” ucap Yoga Cahyadi dari Sentrajana. Menurut Yoga, kasus kecelakaan pendakian yang dialami Andika ini, merupakan kasus kecelakaan pertama yang dialami kelompok pecinta alam Sentrajana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar